Stop Berpikir Positif, Lakukan 4 Strategi Ini Untuk Mengatasi Pikiran Negatifmu

“Aduuuh, aku insecure nih, kalo dia ga suka aku gimana, kalo dia ngomongin aku yang engga engga gimana, kalo yang lain kepengaruh gimana? Gak bisa gini terus, aku harus coba positive thinking. Bentar. Tenang Badru all is well, semua akan baik-baik aja kok.”

10 menit kemudian.

Aah kok gini lagi sih, kok aku insecure lagi sih padahal kan udah positive thinking !?

Pernah ngalami hal-hal kayak Badru tadi? Lagi males trus pengen nyemangatin diri dengan afirmasi positif tapi cuma bertahan 5 menit terus males lagi? Yuk kita bahas!

Mengapa Berpikir Positif Bisa Tidak Efektif?

Banyak hal yang gak diajarkan pada kita di sekolah maupun kuliah. Contohnya tentang bagaimana caranya mengelola emosi kita dan juga bagaimana caranya mengatur respons kita terhadap suatu hal.

Padahal 2 skill tersebut itu sangat kita butuhkan untuk menjalani hidup sebagai manusia yang memiliki emosi.

Lalu tiba-tiba kita mendengar saran dan masukan dari orang-orang :

  • udah positive thinking aja
  • ga ada gunanya lho mikir negatif gitu

Sambil ga diajarin caranya gimana sih sebenernya positive thinking atau berpikir positif itu.

Sehingga formula umum yang kebanyakan orang tahu adalah :

Jika kamu berpikir negatif -> ganti atau lawan dengan pikiran positif.

Padahal gak gitu caranya. Wajar kalo sekarang ini banyak orang yang berpikir bahwa, “Jika aku hanya berpikir positif maka semuanya akan berjalan baik untukku”.

Berjalan baik? Belum tentu! Sini saya jelasin.

Tahu gak kamu kalo pikiran positif atau afirmasi itu beroperasi hanya di permukaan pikiran sadar kita, sementara pikiran negatif beroperasi di bawah sadar kita tempat tersimpannya keyakinan-keyakinan yang benar maupun yang menghambat (limiting beliefs).

Jadi jelas kan ya bedanya? Jika kita cuma poles permukaan luarnya saja, ga banyak perubahan.

Pemikiran optimis yang tidak masuk akal dapat memicu rangkaian program yang bisa menghancurkan diri sendiri, terutama bagi mereka yang rentan dengan depresi dan anxiety.

Penelitian menunjukkan bahwa berpikir positif dapat menguntungkan bagi orang yang memiliki self-regard (harga diri) dan self confidence (percaya diri) yang tinggi. Untuk mereka yang kurang percaya diri hal itu malah akan jadi bumerang. Bisa merusak karena ketika pikiran positifnya tidak terjadi, maka dia punya faktor kali dari emosinya, sehingga jika kecewa ya sangat kecewa, takut jadi makin takut, sedih ya jadi sangat sedih.

Gak ada yang bisa menjamin, bahwa mengulangi kalimat positif dapat mengubah hidup kamu. Jadi meski kamu berupaya keras mengakatan pada dirimu bahwa “Saya kuat, saya bisa!”, ketakutan yang kamu rasakan gak hilang gitu aja.

Coba kita berpikir sejenak tentang realita di lapangan, misalkan kamu melakukan afirmasi positif sehari 10 atau 20 menit. Pertanyaannya, 23 jam sisanya gimana? Kira-kira mana yang akan lebih ngaruh?

Jelas kemungkinan besarnya kamu malah bisa kembali kepikiran lama kamu, balik lagi insecure, balik lagi overthinking, balik lagi galau.

Biar makin jelas saya coba kasih contoh nih. Misalnya kamu coba untuk melakukan afirmasi positif, “Saya merasa aman dan semua akan baik-baik saja”, untuk mengatasi insecure-mu. Tapi dilain sisi kita punya keyakinan bahwa “orang-orang itu pasti ngejudge, kalo ada yang bisik-bisik itu pasti dia ngomongin aku”, dan keyakinan-keyakinan yang mendukung rasa insecure mu. Alam bawah sadarmu mungkin akan mengingatkan kamu tentang pengalaman atau kenangan saat kamu dikhianati sama orang, dikecewakan, disepelekan, atau mungkin dijudge.

Dua hal yang berbeda antara afirmasi kamu vs keyakinan kamu ini malah memicu perang batin di otak kamu. Konflik!

Dan yang paling kuat itu jelas bawah sadar kita. Itu kenapa meski reda sebentar, maka pada akhirnya kita kembali ke keadaan awal. Dari insecure, kembali jadi insecure lagi. Dari galau, balik lagi jadi galau.

Pikiran negatif memang bisa menjadi racun jika tidak diatasi segera, tapi menghapus rasa tidak aman kamu dengan pikiran positif cuma perbaikan sementara aja. Pain killer!

Lalu, kalo berpikir positif itu jadi gak efektif dan malah bisa merugikan, terus aku harus ngapain dong?

Kamu bisa lakukan 4 strategi sederhana ini untuk mengatasi pikiran negatifmu.

4 Strategi Mengatasi Pikiran Negatif

Perlambat Laju Keretamu

Ini penting banget. Harus diakui pikiran negatif itu punya power yang besar dan kecepatan yang tinggi. Makanya jika kita mengikuti pikiran negatif itu kita bisa dengan sekejap nge-break down berbagai kemungkinan dan skenario yang mungkin terjadi. Akhirnya jadi overthinking.

Perlambat kecepatannya, perkecil kekuatannya dengan mengurangi momentumnya dengan cara mengatur nafasmu.

Bernafaslah dengan pelan. Kamu bisa pakai teknik pernafasan 4-7-8 untuk memperlambatnya. Caranya sederhana :

  • Duduklah dengan santai dan rileks
  • Tarik nafas perlahan dari hidung selama 4 detik
  • Tahan nafasmu 7 detik
  • Lalu hembuskan lewat mulut secara perlahan selama 8 detik

Lakukan teknik pernafasan ini maksimal 4 siklus, yaitu 4x 4-7-8. Kamu akan jauh lebih tenang sekarang.

Cari Tahu dan Akui Pikiran Negatif & Emosi Apa yang Ada, Lalu lakukan Releasing Statements

Coba cari tahu apa sih pikiran negatif yang ada padamu, cari tau juga emosi apa yang bermain di pikiran negatif itu. Misal kamu insecure karena takut orang ngejudge kamu, akui saja seperti itu. Seperti seharusnya, apa adanya.

Setelah itu kamu bisa melakukan afirmasi dalam bentuk releasing statement (atau pernyataan yang melepaskan). Seperti “Aku memaafkan diriku karena merasa insecure” atau “it’s okay kalo aku marah”.

Releasing statement ini bertujuan untuk mengakui dan tidak membantah pikiran negatif kita sehingga tidak terjadi konflik atau perang batin antara afirmasimu vs bawah sadarmu.

Pikiranmu akan lebih bisa menerima perkataanmu karena kamu mengakui apa yang kamu rasa.

Bertanya Pada Diri Sendiri

Penelitian menunjukkan bahwa mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri adalah cara yang jauh lebih efektif untuk membuat perubahan ketimbang memberi instruksi atau perintah.

Sederhananya kamu melakukan self-talk berbicara pada diri sendiri, namun kali ini dalam bentuk pertanyaan. Ubah pernyataan dari pikiran negatifmu ke dalam bentuk pertanyaan. Lalu coba jawab.

Contohnya :

  • Apa yang harus saya lakukan agar saya tidak lagi merasa begini?
  • Jika ternyata usaha yang saya lakukan berhasil gimana ya?
  • Kalo ternyata yang saya pikirkan ini benar-benar terjadi, bagaimana caranya agar saya bisa menghadapinya?

Dengan bertanya pada diri sendiri ini, kamu bisa menyapa pikiran negatifmu dengan rasa ingin tahu, bukan dengan rasa takut seperti sebelumnya. Mengajukan pertanyaan membuka eksplorasi dan kemungkinan. Bisa-bisa kamu malah menemukan jawaban dari permasalahanmu ketika kamu bertanya pada dirimu sendiri.

Fokus Pada Kemajuan, Bukan Kesempurnaan

Bingkai ulang pikiranmu dengan fokus pada kemajuan yang kamu buat, bukan pada ideal atau kesempurnaan.

Contohnya, daripada menggunakan afirmasi positif “Saya kuat dan saya bisa”, jauh lebih baik ketika kamu gunakan “Saya sedang dalam proses belajar, dan tidak apa-apa jika ada yang kurang”.

Ini akan mengarahkan kamu ke pertumbuhan yang positif, realistis, dan bisa dicapai.

Contoh lainnya jika kamu insecure takut dibenci orang lain, kamu bisa mengatakan seperti ini “Wajar kalo ada yang ga setuju denganmu, tapi dibalik itu pasti orang-orang ada yang mendukung juga, seimbang kok”

Jika kamu rentan terhadap self-talk atau pikiran negatif dan muak dengan afirmasi positif yang tidak berhasil, coba salah satu teknik pembingkaian ulang ini. Kamu mungkin akan mulai melihat perubahan besar dalam pola pikir mu dan diberbagai aspek lainnya.

Semoga dengan mengerti dan praktekin 4 strategi ini kamu bisa mengatasi pikiran negatifmu jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Jangan cuma tau atau ngerti aja nih, wajib praktekin!

Ayo dipraktekin! Biar kamu bisa lepas dari pikiran negatif yang terus menerus datang menghantuimu. Ingat, gak akan ada yang berubah jika kamu tidak merubahnya.

Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan komen dan kita diskusi di kolom komentar ya!

Bagikan :

Digital Marketer, Mind Consultant & Therapist, dan Part-Time Coder.

Tinggalkan komentar